nopiyabiologic
Selasa, 03 Januari 2017
makalah singkong
MAKALAH
Regenerasi
dan Modifikasi Singkong
(Manihot
Esculenta Crantz)
Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Mandiri
Mata
Kuliah Genetika
Dosen
Pengampu : Yuyun Maryuningsih, S.SI.M.Pd
Disusun
Oleh :
Nama : Nopiya
Nim : 1413162034
Kelas : Biologi-C
Semester : Lima
JURUSAN
TADRIS IPA-BIOLOGI
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, karena
atas rahmat, karunia serta hidayah Allah swt makalah yang berjudul “Modifikasi Singkong (Manihot
Esculenta Crantz)” ini dapat terselesaikankan. Makalah ini berisi
tentang penjelasan proses regenerasi pada
singkong dan modifikasi singkong untuk produksi pati. Makalah
ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mandiri pada mata kuliah Genetika
yang diampu oleh Ibu Yuyun Maryuningsih, S.Si, M.Pd.
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan dalam
menyusun makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaaan baik dalam materi maupun cara penyajian
penulisannya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pengembangan
dan kesempurnaan makalah ini. Semoga informasi yang terdapat dalam laporan ini
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Cirebon, 13 Desember 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di Indonesia
kaya akan flora dan fauna. Dari berbagai macam flora yang ada diantaranya yaitu
tumbuhan singkong (Manihot esculenta). Jenis singkong ini adalah yang
banyak tumbuh di daerah kalangan masyarakat. Jenis singkong ini juga banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sayuran dan umbinya dapat dijadikan
sebagai bahan makanan.
Umbi akar
singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakam mentah. Rasanya sedikit
manis, ada pla yang pahit tergantung pada kandungan racun glukosida yang dapat
membentuk asam sianida. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20
mg HCN per kilogram umbi akar yang masih segar, dan 50 kali lebih banyak pada
umbi yang rasanya pahit. Pada jenis singkong yang manis proses pemasakan sangat
diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya. Dari umbi ini dapat pula di
buat tepung tapioca.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian dari regenerasi pada singkong ?
2. Bagaimana
proses regenerasi pada singkong ?
3. Bagaimana
modifikasi singkong untuk produksi pati?
C.
Tujuan
1. Dapat
mengetahui pengertian dari regenerasi pada singkong
2. Dapat
mengetahui proses regenerasi pada singkong
3. Dapat
mengetahui modifikasi singkong untuk produksi pati
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Dari Regenerasi Pada Singkong
Menurut Ngungi (2015),
Regenerasi Singkong adalah berpotensi untuk teknik rekayasa
genetika khususnya karena perbaikan genetik melalui pemuliaan tradisional telah
bermasalah karena produksi benih yang rendah dan waktu generasi lama. persyaratan
penting untuk generasi singkong transgenik adalah tanaman sistem regenerasi
yang efisien dan direproduksi dengan metode transformasi yang tersedia.
Menurut Anonim (2012), Regenerasi sel pada
singkong adalah fitur
biologis dari semua organisme hidup dari bakteri sampai tanaman dan amfibi
sampai mamalia. Regenerasi sel adalah tindakan pembaharuan, pertumbuhan, atau
restorasi sel yang terlibat dalam pematangan, penyembuhan luka, perbaikan
jaringan, dan fungsi biologis yang sama.
Pengertian dari regeneraasi tersebut
dapat disimpulkan bahwa regenerasi singkong merupakan perubahan yang terjadi
pada tumbuhan yang meliputi pertambahan ukuran tubuh selama masa pertumbuhan
dan perbaikan produksi tanaman singkong.
B.
Proses
Regenerasi Pada Singkong
Tanaman singkong yang diregenerasi pada
frekuensi tinggi dengan menginduksi tunas primordial pada eksplan yang berasal
dari kotiledon singkong somatik parameter embryos. Various dievaluasi tentang
efek mereka pada induksi kalus, embriogenesis somatik, pematangan dan
perkecambahan embrio somatik serta pemulihan plantlet regenerasi. Lobus daun
dewasa digunakan sebagai eksplan untuk embriogenesis somatik. Tiga genotipe
singkong yaitu; Adhiambo Lera, Kibanda Meno dan Serere bersama dengan model
kultivar, TMS 60.444 yang menggunakan sistem ini. (Ngungi.
2015)
Ciri utama ubi kayu memiliki
batang atas dan batang bawah yang berbeda yaitu hijau, hijau kemerahan, abu-abu
dan gading. Warna ubi kayu yang berbeda, yaitu rose/putih, kuning dan gading.
Dari hasil peneitian ini diperoleh 7 genotip ubi kayu dengan nama yang
bervariasi bergantung didaerah mana tanaman tersebut dijumpai, yaitu Ubi kayu
Malaysia, Ubi kayu Roti, Ubi kayu Adira 1, Ubi kayu Kalimantan, Ubi kayu
Valencia, Ubi kayu Lampung dan Ubi kayu pulut.(Fauzi. 2015)
Proses regenerasi pada singkong
menggunakan metode Kultur jaringan atau dikenal dengan kultur in vitro
merupakan teknik memisahkan bagian dari tanaman seperti tunas terminal, tunas
aksilar, daun, batang atau embrio serta menumbuhkannya di dalam media buatan
dalam kondisi aseptik sehingga membentuk tanaman lengkap. Hal ini didasari oleh
adanya daya totipotensi sel. Terbentuknya tanaman lengkap dari eksplan potongan
bagian tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: kondisi fisiologi
eksplan, genotipe eksplan, media dasar, zat pengatur tumbuh serta lingkungan
kultur seperti pencahayaan maupun kelembaban dan suhu ruangan. Sebuah
sistem regenerasi direproduksi berdasarkan embriogenesis somatik.
Eksplan dari jaringan muda dengan titik
tumbuh mempunyai peluang membentuk tanaman lengkap lebih besar dibandingkan
dari jaringan tua, karena jaringan muda bersifat meristematis dan aktif
membelah, pada lingkungan tumbuh yang cocok akan terjadi proliferasi dan
organogenesis. (Anonim, 2012)
Tanaman herba pada umumnya lebih
mudah diregenerasikan dibandingkan tanaman berkayu atau tanaman tahunan
seperti pada tanaman cengkeh, pala, melinjo dll. Namun demikian pada tanaman
berkayu tertentu seperti jati, cendana dan sukun tidak sulit diperbanyak secara
in vitro, hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik juga menentukan
kemampuan regenerasi tunas. Empat varietas ubi kayu yang di
gunakan yaitu; Adhiambo Lera, Kibanga Meno, Serere dan TMS60444
yang bersumber dari Kenya Agricultural Research Institute (KARI), Kakamega.
Setelah Semua media yang digunakan untuk perbanyakan in vitro ubi kayu
itu disterilkan melalui autoklaf. Kondisi ruang pertumbuhan yang ditetapkan
pada suhu dari 28 ° C dan 16 jam sehari / 8 siklus malam. Terjadinya proses
regenerasi pada tanaman singkong meliputi :
1.
Pembentukan
embrio somatik
Tahapan dalam proses embriogenesis
somatik meliputi tahap induksi kalus embriogenik, pendewasaan, perkecambahan,
pembentukan kotiledon dan bibit somatik. Konsentrasi zat pengatur tumbuh
yang dibutuhkan tergantung pada tahap dalam perkembangan pembentukan
embrio somatik. Pada singkong ini Pematangan
embrio somatik ini mensyaratkan pengembangan embrio tahap globular ke
embrio kotiledon hijau dengan didefinisikan tunas dan akar sumbu. Embrio tahap
somatik globular disubkultur pada pematangan media terdiri dari garam MS [19]
ditambah dengan 2% (b / v) sukrosa, 1 mg / L tiamin-HCl, 100 mg / L
myo-inositol, 0,01 mg / L 2,4-D, 1,0 mg / L BA, dan 0,5 mg / L GA.
2.
Induksi
Kalus
Semua media yang dipadatkan dengan 0,8% (b / v)
agar mulia untuk perkecambahan dan tanaman recovery. Tingkat perkecambahan dan
konversi dicatat setelah empat minggu dalam budaya. Kultur terkena penyinaran
harian 12 jam. Semua budaya disimpan pada suhu 28 ° C. Beberapa planlet
regenerasi dipertahankan di kamar pertumbuhan siap percobaan transformasi
sementara yang lainnya mengeras di rumah kaca. Zat pengatur tumbuh untuk
induksi kalus antara lain: 2.4-D, pikloram, dicamba, NAA dll. Hormon 2.4-D
paling banyak digunakan karena aktivitasnya paling kuat. Kalus yang dapat
diregenerasikan biasanya mempunyai struktur remah atau friabel, bentuknya
seperti bulatan –bulatan berwarna putih atau kekuningan agak mengkilat.
Kalus dengan struktur tersebut sering disebut dengan kalus embrionik
(embriogenik). Kalus yang lembek banyak mengandung air, warna putih pucat atau
kecoklatan biasanya agak sulit diregenerasikan. Kalus ini tergolong jenis non
embrionik. kemudian memunculkan dua jenis yaitu kalus; non-embriogenik kalus
putih rapuh longgar dan tembus kalus embriogenik agar-agar yang terbentuk tahap
globular embrio.
Gambar 1 : kalus embriogenik dan non-embriogenik
|
3.
Induksi
Tunas Adventif
Tunas yang dihasilkan bukan berasal dari titik
tumbuh aksilar atau terminal tetapi berasal dari jaringan tanaman seperti daun,
petiole, tangkai bunga dll atau melalui tahap pembentukan kalus disebut dengan tunas adventif. Kemampuan kalus
beregenerasi membentuk tunas selain dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh dan
media tumbuh, dipengaruhi pula oleh ukuran atau umur kalus. Kalus
yang baru terbentuk dengan ukuran berkisar antara 2-5 mm dan umur kurang dari 4
minggu, mempunyai peluang lebih besar untuk diregenerasikan menjadi tunas
dibandingkan yang sudah disubkultur beberapa kali. Kalus yang masih muda,
daya mersitematis, kandungan zat pengatur tumbuh dan asam amino seperti
prolin atau senyawa lain seperti spermin atau spermidin masih tinggi.
Gambar 2: profil kultur jaringan dari embrio
somatik embriogenik
|
4. Sub
Kultur
Sub
kultur merupakan tahapan yang penting untuk mempercepat proliferasi tunas.
Waktu untuk melakukan sub kultur tergantung pada eksplan yang
diregenerasikan. Selain itu media yang digunakan untuk sub kultur tergantung
kondisi eksplan. Zat pengatur tumbuh yang digunakan bisa sama atau
lebih tinggi dari konsentrasi awal.
Embriogenesis
di singkong ditingkatkan dengan menurunkan intensitas cahaya. Studi tentang
pengaruh cahaya pada pertumbuhan kalus dan embriogenesis somatik dari Lavandula
vera dan Teucrium chamaedrys menunjukkan bahwa panjang relatif
masa inkubasi di bawah pencahayaan secara signifikan dipengaruhi kalus
pertumbuhan dan induksi embrio somatik dan proliferasi, meskipun dalam mode
spesies-spesifik. Pertumbuhan lavender kalus ditingkatkan di bawah meningkat
inkubasi dalam kegelapan sementara embriogenesis somatik adalah sangat
berkurang di bawah kondisi yang sama. Sehingga hasil dari regenerasi singkong
tersebut adalah :
Gambar 3 : Hasil regenerasi singkong
|
C.
Modifikasi
Singkong untuk Produksi Pati
Singkong (Manihot esculenta Crantz) termasuk famili
Euphorbiaceae yang umbinya dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat. Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan
pangan pokok setelah beras dan jagung. Pati
merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik, yang banyak terdapat
pada tumbuhan terutama pada biji-bijian, umbi-umbian. (Anonim. 2011)
Akar tepung singkong (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber
yang berharga kalori untuk sekitar 600 juta orang di negara-negara tropis
berkembang di mana kekurangan pangan dan gizi sering umum. Daun dan tunas
lembut singkong juga dimakan di banyak bagian Afrika sebagai sumber vitamin,
mineral dan protein Singkong memiliki salah satu tingkat tertinggi 2CO fiksasi dan sintesis sukrosa untuk setiap tanaman C3,
tapi jarang mencapai potensi hasil di
Itu hipotesis kami bahwa pati singkong produksi di akar berbonggol dapat
ditingkatkan secara substansial dengan meningkatkan kekuatan sink untuk
karbohidrat. (Anonim. 2011)
Pati
tersusun paling sedikit oleh tiga komponen utama yaitu amilosa, amilopektin dan
material antara seperti, protein dan lemak Umumnya pati mengandung 15–30%
amilosa, 70–85% amilopektin dan 5–10% material antara. Kebanyakan pati alami tidak tahan pada pemanasan suhu tinggi, tidak tahan pada kondisi asam, tidak tahan
proses mekanis dan kelarutan pati yang terbatas di dalam
air. Pati singkong adalah pati yang didapatkan dari umbi. Pati yang diperoleh
dari ekstraksi umbi singkong ini akan memberikan warna putih jika diekstraksi
secara benar. Pati singkong memiliki granula dengan ukuran 5-35 μm dengan
rata-rata ukurannya di atas 17 μm.Gel pati alami mudah mengalami sineresis
(pemisahan air dari struktur gelnya) akibat terjadinya retrogradasi pati,
terutama selama penyimpanan dingin. Sineresis ini akan menjadi masalah apabila
pati alami digunakan pada produk pangan yang harus disimpan pada suhu rendah
(pendinginan/pembekuan).
(Anonim. 2011)
Beberapa produksi. Untuk tanaman C3, singkong memiliki tingkat
yang sangat tinggi residu
telah diidentifikasi sebagai regulasi alosterik penting dari asimilasi karbon
fotosintesis. Peningkatan strategi umbi adalah untuk meningkatkan sink (root
tuberous) kekuatan dengan produksipati
terjadi hanya ketika gen glgC 16 adalah ekspresi dari dimodifikasi bakteri
ADP-glukosa pyrophos-dinyatakan dalam umbi (didorong oleh promotor Patatin).
Dalam phorylase (AGPase) gen di singkong akar berbonggol. AGPase Sebaliknya, ekspresi dari glgC 16 gen di semua jaringan
menyebabkan memainkan peran penting dalam regulasi sintesis pati dilemah
melakukan tanaman, mungkin sebagai akibat dari tanaman yang tidak tepat, tidak
hanya karena mengkatalisis langkah
pertama yang didedikasikan alokasikarbohidrat
antara phototrophic dan heter- dalam sintesis pati, tetapi juga karena itu
adalah tingkat-membatasi jaringan otrophi. Pati singkong merupakan salah satu polisakarida yang
berpotensi dikembangakan menjadi gelatin alternative sebagai foaming
agent. Perlu adanya pengembangan pati singkong untuk dijadikan sebagai foaming
agent dengan memodifikasi sifat pati alami singkong menjadi termodifikasi
melalui proses modifikasi pati dengan enzimα-amilase. (Suryani.2015)
Pati
termodifikasi adalah pati yang gugus OH-nya telah mengalami perubahan reaksi
kimia (Munawaroh, 1998). Modifikasi singkong untuk
mendapatkan pati dapat dilakukan dengan cara memotong struktur molekul,
menyusun kembali struktur molekul, oksidasi, atau melakukan substitusi gugus
kimia pada molekul pati. Sehingga di dapatkan hasil gambar sebagai berikut :
Gambar 4 : integrasi gen glgC
|
Untuk memverifikasi lebih lanjut integrasi T-DNA ke dalam genom
tanaman, analisis Southern blot dilakukan dengan menggunakan DNA genomik
singkong dicerna dengan Kpn I, yang tidak membatasi T-DNA, dan diperiksa dengan
gen glgC radiolabelled. probe glgC bakteri tidak berhibridisasi untuk tipe liar
DNA. The glgC pola hibridisasi untuk tiga pabrik ditransformasikan berbeda,
menunjukkan bahwa mereka transforman independen. Jumlah salinan jelas gen glgC
terintegrasi ke dalam genom singkong bervariasi dari satu salinan (3D-2) ke dua
(3D-1 dan 3D-3) dengan gambar sebagai berikut :
Gambar 5 : Reaksi transcriptase-polymerase
(RT-PCR)
|
Semua produk PCR dikonfirmasi dengan analisis urutan DNA dan
RT-PCR dari sitokrom P450 (CYP79D1) ekspresi untuk loading kontrol. Lane P,
kontrol plasmid 3D; WT, wild type singkong (TMS 71.173); 3D-1-3D-3, singkong
TMS 71.173 diubah dengan glg C bakteri aktivitasAGPasedi alam liar-jenis dan gen tuberous
transgenik.( Uzoma. 2006)
Aktivitas akar AGPase ous menunjukkan bahwa tanaman
terbaik-performing berubah (3D-1) mengalami peningkatan 70% di AGPasePati uji
kegiatanrelatif terendah-performing berubah (3D-2)
dan tipe liar tanaman. Tanaman Berubah (3D-1 dan 3D-3) Analisis distribusi pati
di akar berbonggol memiliki peningkatan yang
signifikan dalam aktivitas enzim AGPase juga dari tipe liar dan tanaman
transgenik oleh yodium pewarnaan di- memiliki
hasil akar tuberous secara signifikan lebih tinggi (3D -1: 266% dari dicated
ada perbedaan dalam pola distribusi patitipe
liar kering hasil berat) dari tanaman berubah (3D-antara tipe liar dan akar
berbonggol transgenik. Adapun gamabar dari hasil akar tuberous adalah sebagai
berikut :
Pati singkong sudah sejak lama di produksi diberbagai daerah di
indonesia. Akan tetapi hanya sebagian kecil saja yang diproduksi secara
berkualitas. Selain itu pati singkong memiliki manfaat yang besar untuk bahan
makanan. (Helmy. 2015)
Ada beberapa jenis pati
modifikasi pada industri makanan adalah sebagai berikut :
Tabel Beberapa Jenis Pati
Modifikasi pada Industri Makanan
No.
|
Pati Termodifikasi
|
Sifat Umum
|
Contoh Penggunaan
|
1.
|
Pregelatinisasi
|
Larut dalam air dingin
|
Campuran cake, makanan ringan
|
2.
|
Cross linked
|
Menunda
pengentalan, Stabil pada range pH yang besar dan suhu tinggi
|
Pengisi
pie, soup, saus, makanan beku
|
3.
|
Bleached
|
-
Oxidized
-
Pemutihan warna
-
Sterilisasi
|
|
4.
|
Converted
starch
Thin bolling
Dextrins
Oxidized
|
-
Dry roasted
-
Creaminess
-
Short body
|
-
Jellies
-
Lemmon cord
-
Pastilles
|
5.
|
Stabilized
|
-
Menahan retrogradasi dan
-
Stabil pada suhu rendah
|
- Makanan
kaleng
- Makanan
beku
|
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan mengenai regenerasi
dan modifikasi singkong ini dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Regenerasi
singkong merupakan perubahan yang terjadi pada tumbuhan yang meliputi
pertambahan ukuran tubuh selama masa pertumbuhan dan perbaikan produksi tanaman
singkong.
2.
Proses regenerasi pada
singkong menggunakan metode Kultur jaringan atau dikenal dengan kultur in
vitro merupakan teknik memisahkan bagian dari tanaman seperti tunas
terminal, tunas aksilar, daun, batang atau embrio serta menumbuhkannya di dalam
media buatan dalam kondisi aseptik sehingga membentuk tanaman lengkap.
3.
Modifikasi singkong
untuk medapatkan ppati dapat dilakukan dengan cara memotong struktur molekul,
menyusun kembali struktur molekul, oksidasi, atau melakukan substitusi gugus
kimia pada molekul pati.
DAFTAR PUSTAKA
Ngugi MP, Oduor , Omwoyo, Njagi JM, Mgutu AJ and Cheruiyot. 2015. Regeneration
of Kenyan Cassava (Manihot Esculenta Crantz) Genotypes. Department of Biochemistry and Biotechnology : Kenyatta
University, P.O Box 437844-00100, Nairobi, Kenya
Uzoma Ihemere, Diana
Arias-Garzon, Susan Lawrence and Richard Sayre. 2006. Genetic modification of cassava for enhanced starch production. Department
of Horticulture and Crop Science : The Ohio State University, Columbus, OH
43210, USA
Suryani Rera, Fithri
Choirun Nisa. 2015. Modifikasi Pati Singkong (Manihot esculenta) dengan Enzim α-Amilase
sebagai agen pembuih serta aplikasinya pada proses pembuatan marshmallow. Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian : FTP Universitas Brawijaya, Malang
Helmy Yusuf, Achmad
Radjaram, Dwi Setyawan. 2015. Modifikasi
pati singkong pregelatin sebagai bahan pembawa cetak langsung. J. Penelit.
Med. Eksakta Vol. 7 No. 1 April 2008: 31-47
Anonim. 2012 . pengertian restitusi regenerasi perkembangan. http://www.materibiologi.com
pengertian-restitusi-regenerasi perkembangan / pengertian-restitusi-regenerasi perkembangan/html.
Diakses pada tanggal 23 November 2015/ pukul 22.30 WIB
Anonim. 2012 . Regenerasi tanaman secara in vitro dan faktor – faktor yang
mempengaruhi. http://biogen.litbang.pertanian.go.id/index.php/2012/09/regenerasi-tanaman-secara-in-vitro-dan-faktor-faktor-yang-mempenaruhi/html.
Diakses pada tanggal 23 November 2015/ pukul 22.45 WIB
Anonim. 2011. Makalah Singkong. http://junot-unot.blogspot.co.id/2011/08/makalah
singkong.html. Diakses pada tanggal
23 November 2015/ pukul 23.45 WIB
Langganan:
Postingan (Atom)